DIA 3 Hari Untuk Selamanya?
Siang ini aku memasuki
pelataran kampus, kampus yang sudah 6 tahun aku tinggalkan, kampus yang telah memberikan ku ijasah
sebagai bekal menapaki kehidupan selanjutnya, kampus yang mengenalkan ku akan
arti sebuah perjuangan, disebutnya kampus peradaban.
Bangunannya sedikit mengalami
perubahan disana sini baru melangkahkan kaki melawati pintu gerbang aku disapa oleh seseorang yang wajahnya masih
lekat dalam ingatan, orang yang selalu berurusan dengan mahasiswa terlebih
masalah beasiswa pak Baka
namanya, dengan senyum khasnya dia menyapaku, akupun menyalaminya dengan
takjim, kulanjutkan langkah kaki menyusuri area kampus, ruang perpustakannya
masih sama, penjaga nya saja yang berubah, dari info yang aku dengar pengelola
sebelumnya sudah meninggal dunia, ahh rasanya belum sempat meminta maaf atas
kecurangan ku, meminjam buku pada saat penyusunan skripsi lalu, semoga ibu
memaafkan amin,
Tak jauh dari ruangan
perpustakan terdapat sebuah pendopo bangunan nya semakin luas karena sekarang telah dirangkaikan dengan gedung
aula, aku memutuskan duduk sejenak disini di tangga-tangga pendopo ini, sambil
melihat sekitarnya.
Suasana
nya telah berbeda mungkin seperti suasana hatiku saat ini.
6 tahun yang lalu di pendopo
ini aku bertemu dengan nya, senyum khas nya langsung membuatnya berbeda, sangat
berbeda karena senyum itu masuk kedalam palung hatiku yang paling dalam
dan
berdiam disana, memberikan nuansa lain dalam hati, membuatnya bergetar,
sehingga urat saraf menuju otak pun membuat fikiran ini selalu memikirkan nya,
pria tinggi, kurus dan berambut keriting ini tak ingin keluar dari
dalam palung hati sejak pertemuan pertama.
Akupun semakin terpana, bukan
karena wajahnya, caranya bertutur, sikap lelakinya yang menunjukan kedewasaan
yang sangat menghormati wanita, serta kebiasaan hidup bersihnya membuat dia
semakin menarik untuk di fikirkan.
Namun pertemuan itu tak
berlangsung lama dia harus kembali ke ibu kota, melanjutkan hidupnya, dan aku
pun demikian di kota ini melanjutkan kehidupan ku, lalu bagaimana dengan kisah
kita? kisah yang dinamakan nya 3 hari untuk selamanya? Mungkinkah bisa
pertemuan 3 hari menjadi selamanya? Hanya DIA lah yang maha tau,
karena hanya dia yang dapat membolak–balikan
hati.
Seperti katanya ini kisah tiga hari untuk selamanya,
kita sepakat untuk menjalani cerita ini meskipun harus terpisah jarak antar
pulau bukankah kita tetap satu indonesia? Ucapnya setiap kali aku melibatkan
masalah jarak
Tak mudah menjalani kisah
ini tak semudah mengucapkan kalimat “tiga hari untuk selamanya”, tapi toh hati ini tak cukup mudah untuk
mengakhirinya. Pernah
sekali aku memilih mundur, merasa ini tidak mudah, merasa kisah ini tak
berujung, bisa saja judulnya tiga hari
untuk selamanya , tapi selamanya berpisah? Aku mulai ragu
“kamu ngomong apa sih ay?” suara tegasnya namun selalu lembut
Kalimat yang selalu dia ucapkan
disaat aku mulai goyah
Perlahan–lahan akupun kembali
ke kisah tiga hari untuk selamanya..
Cukup lama aku duduk di tangga
pendopo ini mengenang awal pertemuan ku dengan nya, perutpun rasanya mulai
lapar, sehingga kusempatkan langkah kaki ini ke arah kantin kampus. Sama
seperti bangunan yang lain kantin ini masih seperti dulu bangunan nya, belum berubah
sama sekali, penataan nya masih sama warna kursinya dan menu makanan nya pun
masih seperti dahulu,
aku masuk kedalam kantin dan memilih duduk di pojokan dekat jendela menghadap
ke arah pintu kelas ruang kuliah, tempat dimana aku menghabiskan
waktu berjam-jam bicara
via telefon dengan
nya, sekedar menceritakan kegiatan ku begitupun dengannya, dia adalah
komentator terbaikku, dalam segala hal, tak banyak dia membahasakan cinta terhadapku, dia lebih ingin
membahasakan kehidupan dan bagaimana melewatinya karena pada akhirnya dia menyatakan ingin
hidup bersamaku, di tahun ketiga hubungan kami, setelah tahun sebelumnya kita
bertemu di ibukota, dan you gotta know
how to treat me like a lady, hari pertama bertemu di lobi hotel rasanya
agak canggung,
lagi lagi dia membuatku terkesan dengan caranya mencairkan suasana
menghilangkan kecanggungan setelah 2 tahun tidak bertemu, kita
mengunjungi beberapa tempat saat itu sebelum akhirnya kita pun harus kembali
melanjutkan kehidupan kita dia tetap dikota nya dan aku kembali ke kota ku,
rasanya masih ingin bersama dengan nya rindu ini belum usai, kembali dia
menjadi bayangan yang selalu aku fikirkan.
Sambil menikmati sepiring
indomie dengan tiga potong cabe rawit aku membuka notebook ku untuk mengecek
imel dari teman ku,
Bahkan
menggunakan fasilitas surel pun aku diajarkan olehnya, jika
pasangan
yang lain coupelan baju, gelang atau bahkan no HP maka kita coupelan email. Alamat email nya pun akronim dari
nama kita romantisme yang tak pernah terduga karena kamu berbeda.
Biongo,,
andai saja arti kata itu adalah sayangku,
Tapi diri
ini tidak akan pernah menyesalinya
Apapaun
arti dari semua yang sudah kami lewati
Mungkin
tidak ada kata yang bisa menggambarkan nya
Akhirnya
kurasakan lembut tangan nya
Wangi
rambutnya dan indah senyumnya
Tidak
rela melihatnya pergi
Disaat
dia ada disisi
Ya tuhan
ciptaan mu inilah yang ingin kujadikan teman sampai nanati
Kuatkanlah
dia dan hamba
Kuingin
dia halal untukku
Sampai
akhirnya jiwa ini pergi meninggalkan raga
Love u
biongo
Surat elektronik pertama yang
dia kirimkan tepat pada saat aku mendarat sempurna di kotaku, rasanya ingin
kembali kedalam pesawat, kembali melintasi angkasa untuk sekedar rindu yang
belum usai, namun kita punya tenggung jawab untuk hidup kita saat itu.
Sejak saat itu kita mulai
saling mengunjungi, kunjungan kedua nya ke kota ini di acara kelulusan ku, dia
bertemu orang tua ku, sekali lagi dia mampu membuatku mengikhlaskan hati untuk
dimilikinya,
“ saya tau kok dia anaknya malas, suka
marah-marah, saya sudah terbiasa soalnya” tuturnya di kala orang tuaku
menceritakan kebiasaan burukku
“saya tidak masalah dengan hal
itu karena saya udah sayang sama dia” aku bisa apa ketika malam itu dia
menegaskan ingin hidup bersamaku, hidup dengan keluargaku yang malam itu membuat
nya nyaman.
Ku habiskan suapan terakhir
indomie sebelum meninggalkan kantin kampus, masih ada coretan nama kita di
didnding belakang kelas, yang aku tuliskan dulu, rasanya bayanganku masih duduk
disana sambil tertawa berbicara dengan nya melalui telepon selular
Setelah kunjungan nya ke kotaku
tahun berikutnya aku kembali mengunjungi nya kali ini, aku bertemu dengan
keluarganya, keluarganya sangat ramah, ada ibu, bapak, kakak, adik dan ponakan
nya rasanya tidak berbeda dengan keluarga ku. Mungkinkah kisah tiga hari untuk
selamanya mulai mendapatkan jawaban nya?
Hari ini setelah menikmati
jajanan di area monas kita memutuskan untuk nonton, pertama kalinya aku
memasuki studio di
kawasan Epicentrum Rasuna
Said,
dengan dandanan yang seadanya, dengan kantong plastik hasil jajanan di monas
sebelumnya, selayaknya pahlawan tanpa topeng dengan penuh percaya diri
menggenggam erat tanganku masuk kedalam studio, ada perasaan tidak nyaman
karena melihat pengunjung yang lain, “tau begitu aku dandan maksimal tadi”
gerutuku dalam hati, tapi tanpa dandan pun aku sudah di kenalkan sebagai
kekasihnya kepada temannya yang saat itu bertemu di pintu masuk, ahhh melted rasanya,,
aku semakin mengaguminya, dia
mengajakku ke berbagai tempat bukan sekedar ingin pamer, dia punya penjelasan
yang luas ketika berada disana, mengejutkan, dia bahkan mengingat hal – hal
kecil yang pernah menjadi bahasan kita di telepon, dia memilih meja terpisah
pada saat makan karena saat itu dia memesan semangkok tongseng kambing, dia benar- benar ingat bahwa aku tak begitu suka
dengan kambing, sambil sesekali datang melihat jika aku makan dengan benar, dia
tau aku paling suka ayam goreng crispy sehingga bisa habis dua, cukup banyak
yang dia ketahui tentang
aku,
usahanya pun tak main–main, untuk
sekedar bertahan pada kisah ini. Pernah suatu ketika di malam perpisahan tahun,
karena macetnya ibu kota kita agak kesulitan sampai ke bundaran HI, seperti
biasa aku pun mulai sewot dan mengomel, tanpa membalas omelanku, tanpa rasa
marah, dengan penuh kesabaran dia berusaha mencari jalan sampai akhirnya bisa
mendekati area bundaran HI untuk menyaksikan pesta kembang api, dengan sangat
hati- hati dia memilih posisi yang nyaman agar aku bisa melihat kembang api, tanpa
harus tersenggol oleh pengunjung lain, tiba pada saat pergantian tahun dia
membisikan kalimat “selamat ulang tahun,
semoga marah–marah nya cepat hilang”. Akupun tersenyum
Kesabarannya, senyumnya membuat
hati semakin teduh, aku menemukan cinta yang bahkan sebelumnya belum pernah aku
rasakan, jika berdosa mencintai makhluk tuhan dan haram mengungkapkan rasa, aku
ikhlas menjadi pendosa, tak mampu rasanya menghilangkan dia dari hidup ini, dia
menjadi kebutuhan lain yang setiap hari harus ada dalam hidupku, bagaimana
tidak, tugas kuliah disempurnakan nya, masalah pekerjaan di dengarkan nya,
pandangan nya menjadi pertimbangan penting untuk ku, bahkan drama korea pun
masih melibatkan nya.
Pernah suatu ketika aku
menanyakan tentang cara dia memperlakukan ku kenapa selalu menjawab ia?
Dan lagi–lagi jawaban nya “
kalau jawab nya tidak ntar ngambek lagi, ngancam minta putus” canda nya saat
itu
Setakut itukah dia jika putus
dengan ku?
Bukan kah ada banyak wanita
yang lebih cantik, seksi, pintar, dan menarik lain nya di ibu kota kenapa harus
bertahan denganku? Bahan yang selalu aku tanyakan dikala keraguanku akan
cintanya muncul
“ ay kita jauh, ga kayak
pasangan yang lain, yg kalau berantem dikit, tinggal datang bawa bunga terus
minta maaf, ia, disini bahkan yang lebih cantik dari kamu ada ribuan malah, tapi
mereka mana
mau tuh sama aku?”
kemudian dia akan tertawa
“kita udah cukup saling tahu
lah, aku suka kamu tanpa alasan dan bukan karena, entahlah jika kamu bilang kamu
suka aku karena aku cukup cerdas, aku bisa memperlakukan mu dengan baik, aku
malah tidak dapat menemukan satu alasan pun mengapa aku mencintaimu, aku butuh
kamu untuk hidupku karena aku ingin hidup bersamamu, tak peduli apapun itu aku
ingin kamu, meskipun harus menunggu lebih lama lagi”
Dia menangis dikala aku
memutuskan melanjutkan studiku di tahun yang kita rencanakan untuk menikah,
mungkin para pecinta akan dengan senang hati memakiku karena mengecewakan nya
saat itu, bahkan aku tak mampu memberikan alasanku saat itu, keinginan itu membuat
orang paling kucinta saat itu menangis, tapi bahkan dia tidak pergi
meninggalkan ku,
“ ga papa ay, kita nikah pas
kamu selesai kulaih nya ya” masih dengan berbesar hati dia menerima dan
meghormati keputusaku
Bukan tidak banyak yang kami
hadapi setelah saat itu, sampai pada
suatu sore dia mengirimkan sebuah pesan isi nya mengatakan kita harus berpisah,
karena uang tabungan yang di kumpulkan selama ini harus digunkaan untuk
membayar pinalti ke perusaahaan tempat dia bekerja, karena melanggar perjanjian
kerja dimana karyawan tidak diperbolehkan pindah ke perusahaan klien,
perusaahaan nya melayani sebuah perusahaan besar, dan untuk mengembangkan
karier nya dia memutuskan pindah ke perusahaan yang lebih besar, yang sebelumnya
telah di diskusikan dengan ku, saat itu
aku menegaskan tidak ingin berpisah ini tahun ke empat kita bersama, setelah
berbagai penjelasan kita pun kembali lagi, rasanya mudah saja melewati nya jika
hati punya arah dan jarum kompas yang sama,
Di perusaahan baru tempat dia
bekerja, aku tidak begitu akrab dengan lingkungan nya, seperti perusahaan nya
sebelumnya, yang bahkan nama OB nya sangat akrab di telinga, karyawan yang udah
resign pun tak kalah akrab di telinga. Mungkin kesibukan ku dengan urusan
kampus, dan kesibukan barunya sehingga kita berdua jarang membicarakan teman kantornya
ataupun teman kampusku.
Hari ini jumat april 2014,
tepat pukul 11.00 wita dia menelfonku, menayakan kabar ku, saat itu ku jawab
baik seprti biasa, kemudian dia meminta aku mendoakaan nya, jawabkupun ia pasti
selalu ku do’a kan, saat itu dia bilang mau meniakah, dan ku jawab ia kita
menikah tahun ini, september setelah wisuda, dan dia menjawab, tidak dia akan
menikah sabtu besok, dan dia tidak sedang bercanda saat itu dia menelpon dari
dalam kereta menuju rumah calon pengantin nya
Tangan ku gemetar nyaris ponsel
ditanganku terjatuh, bibir ku menganga, tak bisa keluar satu kata apa pun
rasanya keluh, kaki ku tak bisa kurasakan lagi tubuh ini bagai melayang, ya
tuhan seperti inikah rasanya, aku berusaha menyadarkan diri tak jelas apa yang
di ucapkan nya melalui telefon tadi, ini tahun keenam kita, nyatakah yang
diucapkan nya barusan?
Tak ingin mengganggu pekerjaanku,
masih ku simpan semua yang terjadi siang itu sampai akhirnya dada ini terlalu
sesak untuk menyimpan nya sendiri, tumpahlah semua di depan NYA. Seperti aliran
anak sungai mengalir dari pelupuk mata, bahkan sekalipun diri ini rela menjadi
pendosa untuk cinta, cinta bukan milik kita, dialah sang pemilik cinta, apa
guna nya berharap kepada manusia jika dialah pemilik segalanya, ingin rasanya
meminta agar dia tidak dijodohkan dengan wanita itu, dia kebutuhan ku, harusnya
dia bersamaku? Tapi aku bisa apa ketika tangan tuhan yang menyatukan mereka
dalam sebuah ikatan suci pernikahan, aku takut dengan keinginan diri ini, semakin
jauh aku masuk dalam lubang dosa masih berani menginginkan sesuatu yang olehnya bukan milik ku, tentu saja tak mudah menghadapinya, tak perlu
kujelaskan kita yang punya hati pasti bisa merasakan nya, hancur bangunan kisah tiga hari untuk
selamanya. Ini tidak mudah benar-benar tidak mudah tapi bukan tidak mungkin
untuk ku melewatinya. dia bukan lagi kebutuhan ku melainkan hanya sekedar
keinginan ku, bukan kah tuhan memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang
kita inginkan, keputusan ini tidak serta merta dengan mudah di terima oleh
logikaku saat itu, keadaan
ini memberikan point of view yang baru buatku, bahwa berharaplah hanya padanya,
bukan kepada makhluknya, cintailah makhuknya sekedar nya, karena kita hanya
sebagian kecil miliknya termasuk rasa yang ada. ini bukan tanpa rasa kecewa,
manusiawi rasa itu karena akupun juga ciptaan nya. Aku tak perlu menanyakan
alasan nya, tak harus kupikirkan yang sudah kita lalui selama 6 tahun ini, buat
apa? Dia punya hak untuk menetukan pilihan hidupnya, dan aku pun harus memilih
pada akhirnya.
Tak akan ku sesali apa yang
sudah kita lewati hampir enam tahun, dia pernah menjadi kebutuhan ku saat itu,
dia juga mengajari banyak hal positif untukku, dia menjagaku lebih dari menjaga
hidupnya, dia mengantarkanku untuk lebih dekat lagi dengan DIA,
dia memberikan warna hidup yang akhirnya saya tau awan gelap yang mengantarkan
hujan dan hujan akan meninggalkan pelangi.
Aku menarik nafas panjang
melihat foto alumni terpajang ada fotoku disana, aku tersenyum saat itu, bahkan
jika yang aku pikir kebutuhan ku hilang saat itu, aku masih bisa tersenyum,
karena sekarang ku gantungkan harapan ku lebih tinggi dan hanya padaNYA.
1
September 2015
Biongo…..